Medan-Demonstrasi yang terjadi hari ini kembali memperlihatkan pola klasik dalam politik Indonesia: setiap gerakan rakyat yang menuntut keadilan selalu dibayang-bayangi dengan isu vandalisme dan perusakan fasilitas umum. Padahal, sejarah kita sudah berulang kali menunjukkan, narasi kerusuhan seringkali bukan lahir dari aspirasi massa, melainkan diproduksi oleh provokasi yang sengaja diciptakan.
Dalam kajian politik, tindakan perusakan fasilitas umum kerap menjadi alat delegitimasi: substansi tuntutan rakyat dipinggirkan, sementara citra kerusuhan ditonjolkan. Dengan cara ini, kekuasaan mendapatkan justifikasi untuk menekan dan mereduksi aspirasi rakyat.
Kita perlu menegaskan: PMKRI mengecam keras setiap aksi vandalisme dan perusakan fasilitas umum. Itu bukan wajah perjuangan rakyat, melainkan instrumen provokasi yang sengaja ditanamkan untuk memberi legitimasi pada tindakan represif.
provokasi vandalisme seringkali dibarengi dengan isu etnis dan agama. Inilah strategi pecah belah yang terus dipelihara: perjuangan rakyat dialihkan menjadi kebencian horizontal. Rakyat dipaksa saling curiga, sesama warga dijadikan lawan, sementara kekuasaan tetap aman di singgasananya.
Hari ini, kita harus lebih waspada. Jangan biarkan perjuangan rakyat dipelintir menjadi kriminalitas. Vandalisme adalah jebakan politik yang merugikan bangsa. Mari jaga disiplin gerakan, rawat solidaritas, dan teguhkan persatuan.
(Ran)