Aceh-Sersan satu (Sertu) Giman Syahputra, prajurit #TNI yang berdinas di #Koramil 02/ Karang Baru #Kodim 0117/ Aceh Tamiang menyelamatkan 20 anggota keluarga di Desa Karang Baru, Aceh Tamiang. Hal itu terjadi kala Desa tersebut masih dilanda banjir hebat setinggi 4 meter, dan Tim SAR sudah tak mampu mengevakuasi karena derasnya air.
Ia seorang diri bolak-balik mengevakuasi tetangganya, mulai dari bayi, balita, ibu-ibu, hingga anggota keluarga lain.
Begini kisahnya.
Hari itu, Selasa (2/12) banjir susulan tiba di desa Karang Baru setelah 5 hari hujan tak berhenti. Air deras mengalir. Evakuasi Tim SAR pun terhenti.
Giman, yang bertahan di rumahnya mendengar teriakan minta tolong terus menerus. Ia melihat keluarga yang terjebak 2 hari di atap rumah, dan memutuskan mengambil tindakan. Keluarga ini adalah tetangga Giman yang tinggal tak jauh dari rumahnya.
"Di hari itu juga kalo enggak diselamatkan 2 malam orang itu di situ saya biarin aja, bingung enggak ada alat," kata Giman, kepada kumparan, Sabtu (6/12).
"Dari pagi saya mikir, mana aku cari alat, cari ban ini, sampai aku tunggu itu. Karena orang itu semua neriakin saya, karena saya sendiri tentara tinggal di situ," katanya.
Harapan muncul. Ia melihat ada orang berenang dari masjid menggunakan ban. Ia meneriaki orang itu, dan meminjam ban serta pelampung.
Ia sedikit ragu, sebab arus air begitu deras.
"Air kencang 70 knot itu," kata Giman.
Ia berpikir cukup lama. Dari atas atap, ia meniti kabel yang ada, lalu setelah mantap, ia menceburkan diri ke air memulai proses evakuasi sekitar pukul 15.00 WIB.
"Di Kabel itu lah lama berpikir, makan waktu setengah jam. Terakhir lompat terjun sambil membawa tali tambang Kambing," terang Giman.
Giman menyeret rakit yang ia buat seadanya, dengan ban-ban yang ia pinjam lalu merapat ke tempat keluarga itu terjebak. Keluarga yang diselamatkan Giman berada di sebuah rumah yang terbuat dari kayu.
"Balitanya 2 orang, di rumah 1 itu yang nampak di video itu, ada kakek nenek, menantu sama balita 2. Sama anak laki-laki 1 gak bisa renang. Saya bingung itu," kata Giman.
Lalu, Giman meminta mereka satu per satu mengikutinya. Ia harus minta ibu yang sudah 2 hari memeluk balita itu untuk mempercayainya.
"Saya selamatkan dulu balitanya. dia peluk itu balitanya, kena hujan selama 2 hari. Suami nyeberang enggak bisa balik, enggak sanggup lagi (untuk evakuasi)," kata Giman.
Dengan cara tersebut, Giman berhasil menyelamatkan 20 orang selama 1,5 jam.
Seorang anak laki-laki dari keluarga itu ditinggal Giman. Namun, ia telah membuat alat evakuasi sederhana berupa papan guna menyelamatkan anak itu.
"Ada 1 lajang, cuma bisa renang gitu-gitu aja. Itu yang saya tinggal, sudah saya seberangkan dragon 1 untuk ikat 2. Karena saya selamatkan 1 lagi, radius 50 meter," kata Giman.
"Kalau sampai malam tak diselamatkan, hilang semua itu," kata Giman.
Keluarga itu dievakuasi ke rumah Giman yang lebih tinggi. Mereka ditampung di lantai atas, bersama dengan keluarga Giman. Sebab, tidak memungkinkan untuk mengungsi ke tempat lain.
Sebelum kejadian tersebut, hujan memang sudah berhari-hari melanda desa itu. Keluarga yang diselamatkan Giman sudah diminta untuk mengungsi, karena tanda-tanda banjir sudah nampak.
Namun mereka tidak mau.
"Dari awal suruh pindah enggak mau. Enggak nyangka, banjir segitu besarnya. Di 2006 (saat Tsunami Aceh), itu cuma 2 meter lho, masih separuh, lah," kata Giman.
Saat ini, kondisi desa Karang Baru telah berangsur membaik. Bantuan sudah mulai masuk.
"Akses sekarang sudah tembus, dari perbatasan Sumatera Utara, sudah di buldoser, banyak alat berat masuk," kata Giman.
"Di Karang Baru ini, sudah datang bantuan, dari Pesantren, dari Medan," ucap Giman.
Sumber: Posmetro
(Ran)